Select Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

MUSLIMIN INDONESIA Headline

Sabtu, 19 Maret 2011

Apakah Tasbih Itu Bid'ah?

Apakah Tasbih Itu Bid'ah?
Ayat-ayat Al-qur'an dan hadits-hadits Nabi banyak yang memerintahkan kita untuk banyak berdzikir. Selain itu banyak pula hadits yang menetapkan jumlah dzikir, di antaranya jumlah bacaan tasbih, tahmid, dan takbir yang di baca setelah shalat, yakni masing-masing 33 kali. Terdapat pula hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan berdzikir dengan jumlah 10 kali atau 100 kali.


Dengan adanya hadits-hadits yang menetapkan jumlah dzikir seperti itu, orang yang berdzikir perlu mengetahui jumlahnya dengan pasti. Lalu bagaimana caranya untuk itu? Tentu harus di hitung. Dengan apa menghitungnya?.

Mengenai caranya atau alat yang digunakan, tidak ada keterangan yang mewajibkan harus menggunakan cara tertentu. Terserah kepada yang berdzikir. Cara apa saja boleh, asalkan tidak bertentangan dengan Kitabullah dan sunnah Rasulullah.

Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Al-Hakim meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW menghitung dzikirnya dengan jari-jarinya dan menyarankan para sahabat agar mengikuti cara beliau.

Juga terdapat hadits dari Busrah, seorang wanita dari kaum Muhajirin, yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah kalian senantiasa berdzikir, bertahlil, dan bertaqdis (berdzikir dengan menyebut kesucian Allah). Janganlah sampai kalian lalai, karena nanti bisa melupakan tauhid. Hitunglah  dzikir kalian dengan jari-jari, karena kelak jari-jari itu akan di tanya dan di minta berbicara."

Meskipun demikian, perintah untuk menghitung dengan jari tidak berarti melarang orang menghitung dengan yang lain selain jari. At-Tirmidzi, Al-Hakim, dan Ath-Thabrani meriwayatkan dari Shafyah bahwa pada suatu saat Rasulullah SAW datang ke rumahnya. Beliau melihat 4.000 butir biji kurma yang biasa di gunakan oleh shafiyah untuk menghitung dzikir. Maka beliau bertanya, "Wahai Binti Huyay (panggilan shafiyah), apa itu?" shafiyah menjawab, "Itu alat yang aku pakai menghitung dzikir." Maka beliu bersabda, "Sesungguhnya engkau dapat berdzikir lebih banyak dari itu." Shafiyah berkata, "Ya Rasulullah, ajarilah aku.". Beliau kemudian mengatakan, "Sebutlah Subhanallah 'adada khalqihi ( Maha suci Allah sejumlah makhluknya)..."

Banyak sahabat Nabi dan as-salafush shalih yang menggunakan biji kurma, batu-batu kerikil, bundelan-bundelan benang, dan sebagainya, untuk menghitung dzikir. Ternyata tidak ada yang menyalahkan mereka.

Abu Daud meriwayatkan bahwa Abu Hurairah mempunyai sebuah kantung berisi batu kerikil. Ia berdzikir dan menghitungnya dengan batu-batu kerikil itu. Bila batu-batu itu habis di gunakan, hamba sahayanya menyerahkan kembali kerikil-kerikil itu kepadanya. Keterangan lain menyebutkan bahwa Abu Hurairah mempunyai seutas benang dengan bundelan seribu buah. Ia baru tidur setelah berdzikir dua belas ribu kali.

Bentuk tasbih (dalam bahasa Arabnya subhah) yang kita kenal, baru di gunakan orang pada abad kedua Hijriyyah. Sejak itulah tasbih mulai banyak di gunakan orang di mana-mana. Sejak abad kelima Hijriyyah penggunaan tasbih makin meluas di kalangan muslimin, termasuk juga di kalangan muslimat.

Sekali lagi, tidak ada berita atau riwayat yang menyebutkan adanya larangan menggunakan tasbih, dan tidak ada yang memandangnya sebagai perbuatan makruh atau tercela.

Berdasarkan riwayat-riwayat yang telah di kemukakan, jelaslah bahwa menghitung dzikir dengan selain jari adalah boleh. Lagi pula, apa pun benda yang digunakan untuk menghitung dzikir, orang tetap menggunakan jari tangannya pula. Jadi, menghitung dzikir dengan tasbih tidak perlu dipersoalkan, apalagi sampai di anggap bid'ah dhalalah (bid'ah yang sesat).

Memang kita perlu mengetahui, mana yang lebih baik, menghitung dzikir dengan jari ataukah tasbih. Menurut Ibnu Umar, menghitung dzikir dengan jari adalah lebih baik. Tetapi jika tidak, menggunakan tasbih lebih baik. Dan sewaktu berdzikir dengan tasbih disunnahkan memakai tangan kanan sebagaimana yang di lakukan ulama salaf.

Yang perlu pula di ketahui, dalam berdzikir, yang terpenting adalah kekhusyu'an di dalam hati. Karena yang Allah pandang adalah hati orang yang berdzikir itu, bukan penampilan dan alat yang digunakan untuk berdzikir.

(alkisah)

Artikel Terkait



2 komentar:

Agus Salim mengatakan...

Hamba yang lemah ini semoga bisa menjalin silaturahim dan bisa berdzikir. Wassalam.

fery sanurdin mengatakan...

amiinn.....

Posting Komentar

masukkan semua unek-unek anda,baik itu saran dan kritik yang membangun dan tidak memecah belah umat

Populer Post