Select Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

MUSLIMIN INDONESIA Headline

Rabu, 16 Februari 2011

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Tanggal 12 Rabiul awal adalah hari kelahiran junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang.

Semua para pecinta Rasulullah SAW merayakan hari kelahiran Rasul SAW dengan penuh rasa cinta dan rindu kepada kekasih Allah SWT. 
Sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Besar, Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya.....

Tapi masih banyak di antara kita yang masih tidak mau merayakannya, bahkan menganggapnya bid'ah. Dengan penuh kesadaran saya menulis tausiyah yang di sampai oleh habib Munzir Almusawa di forum Majelis Rasulullah SAW.
Agar kita semua dapat mengerti bagaimana hukum dari peringatan maulid tersebut.

Berikut tulisan habib Munzir tentang peringatan Maulid:


Kebahagian dan Kesejukan Rahmat-Nya semoga selalu menaungi hari anda

Saudarku yang ku muliakan,
Maulid adalah Bid'ah hasanah, dan bid'ah hasanah di perbolehkan oleh Rasul SAW, betul makna tsb, kita tidak boleh beramal selain apa-apa yang telah di perintahkan atau di ajarkan oleh Nabi SAW, dan Nabi SAW sudah bersabda : Barang siapa yang mengada adakan hal baru berupa kebaikan dalam Islam (tidak bertentangan dengan syariah), maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya, dan barang siapa membuat buat hal baru berupa keburukan, maka baginya dosa dan dosa orang yang mengikutinya. (Shahih Muslim)

Sebenarnya permasalahan maulid sudah saya jawab, anda dapat mendowloadnya pada kiri web majelis Rasulullah, yaitu : download buku kenalilah akidahmu.

untuk versi pertamanya download di sini
 
buku saya tersebut memuat segenap pembahasan tentang Bid'ah, maulid, tawasul,..tahlil, ziarah kubur, istighatsah, dll. Namun berikut saya kutipkan untuk anda mengenai maulid dari buku saya tersebut.

PERINGATAN MAULID NABI SAW.

Ketika kita membaca kalimat di atas maka di dalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagaian kelompok muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara 'Aqlan wa syar'an, (logika dan syariah)

Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yang membuat mereka gembira, apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta, mabuk-mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat di seluruh dunia.

Sampai di sini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul SAW.

Allah merayakan hari kelahiran para Nabi-Nya
  • Firman Allah : "( Isa berkata dari dalam perut ibunya ) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku di bangkitkan" (QS Maryam 33)
  • Firman Allah : "Salam sejahtera dari kami (untuk Yahya as) di hari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia di bangkitkan"(QS Maryam 15)
  • Rasul SAW lahir dengan keadaan sudah di khitan (Almustadrak ala shahihain hadits no. 4177)
  • Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yang menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi SAW, ketika bunda Nabi SAW mulai saat-saat melahirkan, ia (ibu Utsman) melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi SAW hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Baari Almasyhur juz 6 hal 583)
  • Ketika Rasul SAW lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
  • Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi SAW saat melahirkan Nabi SAW melihat cahaya yang terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana-Istana Romawi (Fathul Baari Almasyhur juz 6 hal 583)
  • Malam kelahiran Rasul SAW itu runtuh singgahsana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yang 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Baari Almasyhur juz 6 hal 583)
Kenapa kejadian-kejadian ini di munculkan oleh Allah SWT?, kejadian-kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi SAW, sebagaimana Dia SWT telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi-Nabi sebelumnya.


Rasulullah SAW memuliakan hari kelahiran Beliau SAW.
Ketiak Beliau SAW di tanya mengenai puasa di hari senin, beliau SAW menjawab : "Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku di bangkitkan" (Shahih Muslim hadits no.1162). Dari hadits ini sebagian saudara-saudara kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi SAW asal dengan puasa.


Rasul SAW jelas-jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda di hadapan Beliau SAW dari pada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran Beliau SAW. Karena Beliau SAW tak menjawab misalnya : "oh puasa hari senin itu mulia dan boleh-boleh saja..." namun Beliau bersabda : "itu adalah hari kelahiranku", menunjukan bagi Beliau SAW hari kelahiran Beliau SAW ada nilai tambah dari hari hari lainnya, contoh mudah misalnya zeyd bertanya pada amir : "bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 januari?, maka amir menjawab : "oh itu hari kelahiran saya". Nah..bukankah jelas-jelas bahwa zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yang berbeda dari hari-hari lainnya bagi amir?, dan amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 januari itu adalah hari kelahirannya dan berarti amir ini termasuk orang yang perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dengan hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut-nyebut bahwa 1 januari adalah hari kelahirannya, dan Nabi SAW tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya, pertanyaannya, sebagaimana contoh di atas, Amir tak memerintah umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yang berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dengan puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa.

Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak? Rasul SAW menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukan hari kelahiran beliau SAW ada nilai tambah pada pribadi Beliau SAW, sekaligus di perbolehkan puasa di hari itu.
Maka jelaslah sudah bahwa Nabi SAW termasuk yang perhatian pada hari kelahiran Beliau SAW, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya Islam.

Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi SAW
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : "Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..." maka Rasul SAW menjawab: "Silahkan....,maka Allah akan membuat bibirnu terjaga", maka Abbas ra memuji dengan syair yang panjang, di antaranya : ".....dan engkau (wahai nabi SAW) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya di bumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur'an) kami terus mendalaminya" (Mustdrak 'ala shahihain hadits no.5417)

Kasih sayang Allah atas kafir yang gembira atas kelahira Nabi SAW.
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : "bagaimana keadaanmu?". abu Lahab menjawab : "di neraka, Cuma di ringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul SAW" (Shahih Bukhari hadits no.4813, sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syi'bul iman no.281, Fathul Baari Almasyhur juz 11 hal 431). Walaupun kafir terjahat ini di bantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambahkan siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah SWT, maka Allah SWT menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dengan kelahiran Rasul SAW dengan membebaskan budaknya.
Walau mimpi tak dapat di jadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat di jadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi SAW, maka tentunya hal itu di jadikan hujjah atas kebangkitan Nabi SAW maka Imam-Imam di atas yang meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu benar adanya, karena di akui oleh Imam-Imam dan mereka tak mengingkarinya.

Rasulullah SAW memperbolehkan Syair pujian di masjid.
Hassan bi Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yang lalu di tegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : "aku sudah baca syair nasyidah di sini di hadapan orang yang lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabu SAW), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : "bukankah kau dengar Rasul SAW menjawab syairku dengan doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : "betul" (shahih Bukhari hadits no.3040, shahih Muslim hadits no. 2485)
Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yang menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yang di larang adalah syair-syair yang membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair-syair yang memuji Allah dan Rasul-Nya maka hal itu di perbolehkan oleh Rasul SAW bahkan di puji dan di doakan oleh beliau SAW sebagaimana riwayat di atas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul SAW mendirikan mimbar khusus untuk Hassan bi Tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair-syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no. 2846) oleh Aisyah ra bahwa ketiak ada beberapa sahabat yang mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : "Jangan kalian caci Hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah SAW"(Musnad Abu Ya'la Juz 8 hal 337)


Pendapat para Imam dan Muhaddits atas Perayaan Maulid

  1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :  Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi SAW datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul SAW bertanya maka mereka berkata : "hari ini hari di tenggelamkannya Fir'aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah SWT, maka bersabda Rasul SAW : "kita lebih berhak atas Musa as dari kalian". maka di ambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang di berikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa di dapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shdaqah, membaca Alqur'an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini", telah berfirman Allah SWT "SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG-ORANG MUKMININ KETIKA DI BANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA"(QS Al Imran 164)
  2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimullah : Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul SAW ber akikah untuk dirinya setelah Beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsumukhtarah hadits no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal. 300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuk kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau SAW 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau SAW yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur Beliau SAW kepada Allah SWT yang telah membangkitkan Beliau SAW sebagai RAhmatan lil'alamin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau SAW dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagian, bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : "Husnulmaqshad fii 'amalilmaulid".
  3. Pendapat Imam Al Hafidh Abu Syaamah rahimullah (Guru Imam Nawawi) : Merupakan Bid'ah hasanah yang mulia di zaman kita ini adalah perbuatan yang di perbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul SAW dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul SAW dan membangkitkan rasa cinta pada beliau SAW, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi SAW.
  4. Pendapat Imamul Qurra' Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya 'Urif bitta'rif Maulidissyariif : Telah di riwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan di tanya apa keadaanmu?, ia menjawab : "di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)" (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur'an turun mengatakan di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahira Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemeurah sungguh-sungguh ia akan di masukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
  5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy : Serupa dengan ucapan Imamul Qurra' Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab.
  6. Pendapa Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah berkata : "tidak di lakasanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi di laksanakan setelahnya, dan tetap melaksankannya umat Islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar".
  7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah dalam syarahnya maulid Ibn Hajar berkata : "ketahuilah salah satu bud'ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran Nabi saw"
  8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah dengan karangan maulidnya yang terkenal "Al Aruus" juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, "Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya".
  9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah dalam kitabnya Al Mawahibulladuniyyah juz 1 hal 148 cetakan Al maktab al Islami berkata : "Maka Allah akan menurunkan rahmat Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai hari besar".
  10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah Alkalbi, dengan karangan maulidnya yang bernama "Attanwir fi maulid basyir an nadzir"
  11. Imam Al HafidhAl Muahddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri dengan maulidnya "urfu at ta'rif bi maulid assyarif"
  12. Imam Al Hafidh Ibn Katsir yang karangan kitab maulidnya di kenal dengan nama : "maulid Ibn Katsir"
  13. Imam Al Hafidh Al'Iraqy dengan maulidnya "maurid al hana fi maulid assana"
  14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy telah mengarang bebrapa maulid : "Jaami' al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al Lafad arra'iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
  15. Imam Assyakhawiy dengan maulidnya Al fajr al ulwi fi maulid an nabawi.
  16.  Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi dengan maulidnya Al Mawarid Al Haiah fi Maulid khairil bariyyah.
  17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali Bin Muhammad As syaibaniy yang terkenal dengan Ibn Diba' dengan maulidnya addiba'i
  18. Imam Ibn Hajar Al Haitsami dengan maulidnya Itmam anni'mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam
  19. Imam Ibrahim Baajuri mengarang hasiah atas maulid Ibn Hajar dengan nama tuhfa Al Basyar ala Maulid Ibn Hajar
  20. Al Allamah Ali Al Qari' dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
  21. Al Allamah Al Muhaddits Ja'far bin Hasan Al barzanji dengan maulidnya yang terkenal maulid barzanji
  22. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar Al Kattani dengan maulid Al yaman wal is'ad bi maulid khair al ibad
  23. Al Allamah Syeikh Yusuf bin Ismail An Nabhaniy dengan maulid Jawahir an nadmu Al Badi' fi Maulid As syafi'
  24. Imam Ibrahim Assyaibaniy dengan maulid Al maulid mustofa adnaani
  25. Imam Abdulghaniy Annanablisiy dengan maulid Al Alam Al ahmadi fi maulid muhammadi"
  26. Syihabuddin Al Halwani dengan maulid fath Al latif fi syarah maulid assyarif
  27. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati dengan maulid Al Kaukab al azhar alal 'iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar
  28. Asyeikh Ali Attanthowiy dengan maulid nur as shofa' fi maulid al mustofa
  29. As syeikh Muhammad Al maghribi dengan maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.
Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yang menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yang menentang maulid sebagaimana di sampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yang jelas-jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.

Bediri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid.
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari menyambut kedatangan Islam dan Syariah Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa rsalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yang di anjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana di riwayatkan ketika sa'ad bin Mu'adz ra datang maka Rasul saw berkata kepada kaum anshar : "Berdirilah untuk tuan kalian" (shahih Bukhari hadits no. 2878, shahih Muslim Hadits no. 1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka'b bin Malik ra.
Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana yang di jelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yang adil dan yang semacamnya merupakan hal yang baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yang di larang adalah berdiri untuk pemimpin yang duduk, dan Imam Nawawi yang berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka tak apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun ada pula pendapat lain yang melarang berdiri untuk penghormatan.(rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93)

Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam membaca maulid itu tak ada hubungan apa-apa dengan semua perselisihan itu, karena Rasul SAW tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari anggapa ruh Rasul SAW hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah itu adalh masalah ghaib yang tak bisa di syarahkan dengan hukum dhohir, semua ucapan di atas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri penghormatan yang Rasul SAW pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan Beliau SAW.

Jauh berbeda bila kita yang berdiri penghormatan mengingat jasa beliau SAW, tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk semangat kita menyambut risalah Nabi SAW dan penghormatan kita kepada kedatangan Islam, dan kerinduan kita pada Nabi SAW, sebagaimana kita bersalam pada Nabi SAW setiap kita shalat pun kita tak melihat Beliau SAW.

Di riwayatkan bahwa Imam Al Hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar dan terkemuka di zamannya bahwa ia berkumpul bersama para Muhaddits dan Imam-Imam besar di zamannya dalam perkumpulan yang padany di bacakan puji-pujian untuk Nabi SAW, lalu di antara syair-syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubiy dan seluruh Imam-Imam yang hadir bersamanya, dan di dapatkan kesejukan yang luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan, dan berkata Imam Ibn Hahar Alhaitsamiy rahimahullah bhwa Bid'ah hasanah sudah menjadi kesepakatan para Imam bahwa itu merupakan hal yang sunnah, (berlandaskan hadits shahih muslim no.1017 yang tercantum pada Bab Bid'ah) yaitu bila di lakukan mendapat pahala dan bila di tinggalkan tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah slah satu Bid'ah hasanah.
Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai ababd ketiga hijriyah mulailah hal ini di rayakan dengan banyak sedekah dan perayaan agung ini di seluruh dunia dan membawa bagi mereka yang mengadakannya. (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137)

Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin untuk Medan Tabligh dan bersilaturahmi sekaligus mendengrkan ceramah Islami yang di selingi bershalawat dan salam pada Rasul SAW, dan puji-pujian pada Allah dan Rasul SAW yang sudah di perbolehkan oleh Rasul SAW, dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul SAW, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan rsalah pada ummat yang dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak aka ada yang mengingkarinya karena jelas-jelas merupakan salah satu cara membangkitkan ke Imanan Muslimin, hal semacam ini tak pantas di mungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syar'an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yang mustahab (yang di cintai), sebagaimana kaidah syariah bahwa "Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib", semua yang menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib. Contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa mnutup aurat dalam shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu di pakai untuk melaksanakan shalat yang wajib.

Contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dn membuat kantong baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan berpergian kita akan membawa siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena di perlukan untuk menaruh siwak yang hukumnya sunnah.

Maka perayaan Maulid Nabi SAW di adakan untuk Medan Tabligh dan Dakwah, dan Dakwah merupakan hal yang wajib pada suatu kaum bila dalam kemungkaran, dan ummatr sudah tak perduli dengan Nabinya SAW, tak pula perduli apalagi mencintai sang Nabi SAW dan ridnu pada sunnah Beliau SAW, dan untuk mencapai tabligh in adalah dengan perayaan Maulid Nabi SAW, maka perayaan Maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah Nabi SAW serta silaturahmi.

Sebagaimana penulisan Alqur'an yang merupakan hal yang tak perlu di zaman Nabi SAW, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat mulai banyak yang membutuhkan penjelasan Alqur'an dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yang wafat, karena di takutkan sirnanya Alqur'an dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa Alqur'an telah di jaga oleh Allah.

Hal semacam ini telah di fahami dan di jelaskan oleh para khulafa'urrasyidin, sahabat radhiyallau'anhum Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yang awam, namun hanya sebagian saudara-saudara kita muslimin yang masih bersikeras untuk menentangnya. Semoga Allah SWT memberi mereka keluasan hati dan kejernihan , amiin.

Walillahittaufiq.

Demikian saudaraku yang ku muliakan, semoga dalam kebahagian selalu, semoga sukses dengan segala cita-cita.

(majelisrasulullah)

Artikel Terkait



2 komentar:

cordyceps mengatakan...

Blog yang sangat bagus dan bermanfaat bagi kita parah khalifah di dunia :) Terus menulis ya, akan saya tunggu postingan selanjutnya.

fery sanurdin mengatakan...

terima kasih atas pujiannya...:)
insya Allah saya akan terus berusaha untuk menulis
mohon doanya....

Posting Komentar

masukkan semua unek-unek anda,baik itu saran dan kritik yang membangun dan tidak memecah belah umat

Populer Post