Select Language

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

MUSLIMIN INDONESIA Headline

Jumat, 05 November 2010

Adik Ipar Tony Blair Mantan Perdana Menteri Inggris, Lauren Booth Masuk Islam ( I )

Adik Ipar Tony Blair Mantan Perdana Menteri Inggris, Lauren Booth Masuk Islam ( I )
Belum genap sebulan masuk Islam, ipar mantan perdana menteri Inggris Tony Blair, Lauren Booth, kembali menjadi bahan berita. Ia di sebut menganut Islam syiah garis keras. Tudingan itu di latari perjalanannya ke Iran yang mengantarkannya menjadi Muslim.


Publlikasi lain menyebut, Ia menjadi Muslim hanya demi mencari popularitas. "Ia ingin di perhatikan" demikian sebagian orang mengomentari.


Lauren booth menanggapi semua tudingan, ia malah membuat surat terbuka tentang rasa syukurnya menjadi seorang Muslim. Suratnya yang di muat harian Daily Mail edisi pekan ini. Berikut petikan isi surat tersebut :



Di tanya mengenai penjelasan singkat tentang bagaimana saya seorang jurnalis, orang tua tunggal yang juga wanita karier, bekerja di media Barat memilih agama Islam, saya selalu menjelaskan tentang pengalaman spiritual paling intens di sebuah masjid di Iran sebulan lalu.


Tetapi, hal ini membawa saya menengok ke belakang, pada Januari 2005, ketika saya datang seorang diri ke Tepi Barat untuk meliput pemilu di sana yang nantinya di terbitkan di The Mail edisi minggu. Asal anda tahu, sebelum pergi ke sana, saya belum pernah menghabiskan waktu dengan seseorang berdarah Arab, atau seseorang beragama Islam.


Seluruh pengalaman mungkin akan sangat mengejutkan, namun bukan untuk alasan yang mungkin saya harapkan. Sangat banyak informasi yang kita tahu tentang orang-orang yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad, walau belakangan saya sadari banyak yang bias.


Intinya. saya tetap terbang ke Timur tengah, dengan beragam pikiran berkecamuk di kepala saya : ekstremis radikal, kaum fanatik, kawin paksa, bom bunuh diri, dan jihad. Tak banyak brosur perjalanan yang saya bawa.


Pertama menginjakkan kaki, saya datang tanpa mantel, karena otoritas bandara Israel menahan kopor saya. Saat berjalan di Ramallah, saya menggigil, sebelum kemudian seorang wanita tua mencengkram tangan saya.


Berbicara tak jelas dalam bahasa Arab yang cepat, ia membawa saya masuk ke dalam rumah di sisi jalan. Oh, apakah saya tengah di culik oleh seorang teroris? Saya masih bingung dan bertanya-tanya, ketika ia membuka lemari pakaian dan menari sebuah mantel, topi, dan scarf. Saya keluar dari rumah itu dengan mengenakan mantel, topi, dan scarf pemberiannya. Ciuman wanita tua itu mengantarkan kehangatan pada perjalanan saya. Kami tak saling bertukar kata.


Kejadian itu sangat sulit saya lupakan. Dalam wujud yang berbeda, kehangatan yang sama saya dapatkan ratusan kali. Hal yang sungguh tak saya dapatkan dalam apapun yang telah saya baca sebelumnya, atau terlihat di artikel manapun.


Sejak itu, saya setidaknya beberapa kali pergi ke sana selama tiga tahun. Pertama kali saya pergi untuk urusan kerjaan, maka lain kali saya pergi untuk alasan yang berbeda : bergabung dengan relawan pembawa bantuan dan grup Pro-Palestina. Saya merasa tertantang oleh kesulitan yang di alami Palestina. Penting untuk di ingat, ada umat Kristen di Tanah Suci ini yang telah tinggal selama 2000 tahun dan bahwa mereka juga menderita di bawah pedudukan ilegal Israel.


Secara bertahap saya menemukan ekspresi seperti 'Masya Allah!' dan 'Alhamdulillah!' (mirip dengan 'Haleluya'), dan itu mulai masuk dalam percakapan sehari-hari saya. Ini adalah seruan gembira yang berasal dari 100 nama Tuhan (maksudnya mungkin 99), atau Allah.


Dari semula saya selalu gugup bila berada di dekat kelompok Muslim, kini saya malah mencoba untuk mendekati mereka. Sebuah tantangan bisa ada di dekat kaum terpelajar, yang lebih di atas semua itu, adalah sangat ramah dan murah hati.


Sejak itu, saya tak ragu lagi utnuk memulai perubahan pemahaman politik, bahwa sesungguhnya warga Palestina adalah sebuah keluarga yang hangat ketimbang tersangka teror, dan kaum Muslim adalah sebuah komunitas serangkaian "Collateral Damage".
(bersambung)


[republika]

Artikel Terkait



0 komentar:

Posting Komentar

masukkan semua unek-unek anda,baik itu saran dan kritik yang membangun dan tidak memecah belah umat

Populer Post